Hampir satu setengah abad yang lalu Charles Darwin menulis karyanya yang sangat kontroversial, On the Origin of Species by Means of Natural Selection (1859). Dalam karya tersebut Darwin menegaskan bahwa melalui hukum seleksi alam hanya spesies yang paling kuat untuki bersaing demi kelangsungan hidupnyalah yang akan bertahan hidup. Darwin mungkin tidak akan pernah mengira bahwa hampir satu setengah tahun kemudian, tepatnya di awal abad XXI, muncul suatu pasar global dan suatu revoluksi ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghasilkan suatu hukum yang tidak jauh berbeda dengan hukum seleksi alam, yang hanya memberikan kesempatan kepada manusia-manusia, perusahaan-perusahaan dan perekonomian suatu negara yang terkuat untuk dapat bertahan hidup. Dengan hukum yang demikian, mereka yang kurang kompetitif akan terpinggirkan dan akan menjadi spesies yang secara ekonomi tidak cukup kuat.
Bagi Darwin, dualisme merupakan antitesis antara satu spesies, di satu sisi, dengan lingkungan, di sisi lain. Spesies terus berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan sebagai usaha untuk bertahan hidup. Menurut pemikiran ekonomi neoliberal sekarang, individu harus beradaptasi di dalam suatu lingkungan alamiah, yaitu pasar dunia, agar dapat bertahan hidup. Individu, perusahaan, maupun perekonomian negara yang gagal untuk beradaptasi akan dihukum sebagai suatu spesies yang secara ekonomi telah gagal berkembang. Hal tersebut sesuai dengan keyakinan bahwa pasar bukanlah ciptaan manusia, melainkan suatu lingkungan alamiah, yang berada di luar kehendak kita, suatu invisible hand, ketiadaan penilaian moral, hukum seleksi alam, yang dapat menghilangkan suatu lapangan pekerjaan, menghancurkan suatu perusahaan, dan membuat perekonomian nasional tidak memiliki kemampuan untuk berkembang. Semua permasalahan akan diselesaikan oleh kekuatan pasar. Kekuatan-kekuatan inilah yang akan menyeleksi setiap orang, perusahaan, maupun perekonomian nasional yang efektif dan efisien, sebagaimana alam menyeleksi di antara spesies yang terkuat, dan menyingkirkan yang lemah.
Konflik, bagi Darwin, adalah keadaan alam yang di dalamnya semua makhluk hidup berperan sebagai predator. Semua perusahaan dan perekonomian nasional harus juga berperan menjadi predator, berperang dalam kompetisi ekonomi yang paling buas. Hanya predator ekonomi yang paling buas yang dapat berkuasa secara global, dan melipatgandakan keuntungan mereka yang terus meningkat.
Menurut Darwin, evolusi membuat spesies mengalami perubahan dari bentuknya yang paling primitif menjadi bentuk yang lebih kompleks melalui berbagai tahapan permutasian. Kemampuan untuk bermutasi membuat spesies dalam mencapai kemenangannya atas alam dan akan membuatnya bertahan hidup. Pemikiran ini jugalah yang telah ditransfer ke dalam perekonomian modern. Perusahaan-perusahaan dan perekonomian nasional harus berinovasi dan berkembang untuk dapat mengalahkan lawan-lawannya sebagai suatu entitas ekonomi yang efisien dan memiliki kemampuan berkembang. Perusahaan-perusahaan hanya dapat bereproduksi dan berevolusi melalui transformasi-transformasi teknologi yang juga diperlukan untuk berhasil di pasar global, menghasilkan perputaran keuntungan yang terus meningkat dan kemakmuran.
Perbedaan utama antara darwinisme modern yang berbasis teknologi dengan hukum alam yaitu bahwa hukum alam akan menyingkirkan spesies-spesies yang lemah dan kalah dalam bersaing dalam waktu ratusan hingga ribuan tahun, sedangkan proses seleksi alam masa kini, yang dikendalikan oleh pasar dan teknologi, dapat menyingkirkan yang lemah dalam sekejap. Ribuan orang pekerja dapat kehilangan pekerjaannya dalam hitungan bulan, menyingkirkan perusahaan-perusahaan yang gagal bersaing dalam hitungan tahun, dan menghabiskan paling tidak satu dekade untuk menghancurkan perekonomian negara-negara yang tidak lagi memiliki kemampuan untuk berkembang.
YUSUF EKO PAMBUDI (Direktur riset Centre for Studies of Social and Humaniora)
0 komentar:
Posting Komentar